Pejagoan – Mengawali bulan Februari, Komunitas Belajar Sesarengan mengadakan kegiatan Workshop. Kegiatan yang diikuti oleh seluruh guru dan karyawan Smanja ini mengangkat tema “Peningkatan Kompetensi GTK melalui Sosialisasi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan”. Bersama psikolog dari Rumah Sakit Umum Dr Soedirman Kebumen, Yulia Tri Haryanti, S.Psi., M.Psi, kegiatan yang bertempat di Aula Sekolah ini berjalan lancar dan berhasil menggugah sisi kemanusiaan bapak/ibu guru/karyawan untuk lebih peduli terhadap maraknya fenomena kekerasan di sekolah baik verbal maupun nonverbal.
Dalam sambutannya, Kepala SMA Negeri 1 Pejagoan, Erna Umu Nurlaela, S.Pd., M.Eng. mengatakan bahwa sekolah merupakan garda terdepan dalam menangani ataupun mencegah tindak kekerasan pada siswa. Berbagai dinamika permasalahan siswa menuntut perlu adanya upaya meningkatkan pengetahuan guru dan tenaga pendidik agar lebih mampu memahami pencegahan maupun penanganan kekerasan bagi siswa. Sangat diharapkan adanya kegiatan sosialisasi bagi bapak ibu guru dan tenaga kependidikan tersebut bisa meningkatkan kemampuan mendampingi para siswa sehingga memiliki karakter yang baik dan dapat berkompetisi baik di lingkungan sekolah maupun setelah mereka lulus.
Selanjutnya, memasuki acara inti, Yulia Tri Haryanti, S.Psi., M.Psi, memaparkan materi tentang konsep gender, ketidakadilan gender dan dampaknya. Selanjutnya, beliau juga mengungkap agar sebagai pendidik dan tenaga kependidikan seyogyanya lebih berhati-hati dengan ucapan, karena ucapan yang tidak baik akan terekam di benak siswa dan dapat mengakibatkan tekanan mental/psikis.
Lebih lanjut Yulia Tri Haryanti juga memberi penjelasan beberapa langkah yang dapat dilakukan pihak sekolah dalam menangani siswa yang bermasalah. Sebagai langkah awal, sekolah dapat melakukan pemetaan siswa dari keluarga yang divorce (bercerai) karena perceraian orang tua menjadi sumber awal permasalahan siswa. Langkah selanjutnya, pihak sekolah dapat memperbanyak aktivitas fisik untuk siswa yang bermasalah. Selain itu, dapat juga dibuat kelompok dukungan teman sebaya agar siswa dapat saling support. Terakhir, sekolah dapat membuat safety planning (rencana keselamatan), yakni langkah apa yang harus dilakukan ketika permasalahan kekerasan tersebut datang kembali. (Red)
Tinggalkan Komentar