Pejagoan— Bertempat di lapangan sekolah, SMA Negeri 1 Pejagoan melaksanakan upacara Peringatan Hari Pahlawan pada hari Minggu, 10 November 2024. Diikuti oleh seluruh elemen sekolah, baik siswa, guru, dan karyawan upacara dimulai pukul 07.00 WIB dan berlangsung dengan tertib. Kali ini, Tontama (Peleton Utama), salah satu ekstrakurikuler, yang bertugas sebagai petugas upacara. Adapun bertindak sebagai Pembina upacara Kepala SMA Negeri 1 Pejagoan, Erna Umu Nurlaela, S.Pd., M. Eng.
Dalam upacara kali ini, kepala sekolah membacakan sambutan Menteri Sosial, Saifullah Yusuf yang mengajak untuk meneladani dan melanjutkan perjuangan para pahlawan yang telah merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Disampaikan juga bahwa di situasi global ini setiap warga negara hendaknya mendedikasikan segala upaya dan tenaganya sebagai wujud sumbangsih untuk negara. Segala sumbangsih itu hendaknya didasari dan diilhami oleh semangat perjuangan para pahlawan terdahulu yang telah mengorbankan segalanya, termasuk jiwanya. Hal ini sejalan dengan tema Hari Pahlawan Tahun 2024 yaitu “Teladani Pahlawanmu, Cintai Negerimu”.
Selanjutnya, dalam upacara Hari Pahlawan ini juga dibacakan pesan-pesan dari 29 pahlawan Indonesia, seperti pesan dari R.A. Kartini, Bung Tomo, Ir. Soekarno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantoro, Pangeran Diponegoro, Gubernur Suryo, Cut Nyak Dien, dan yang lain. Pembacaan pesan-pesan tersebut diharapkan dapat meningkatkan semangat juang dan juga motivasi siswa untuk memperjuangkan masa depan mereka.
Ditetapkannya Tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan tidak terlepas dari sebuah peristiwa sejarah kelam Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya. Melansir dari Pedoman Penyelenggaraan Peringatan Hari Pahlawan Tahun 2024 oleh Kemensos RI, pada tanggal tersebut terjadi bentrokan antara tentara Indonesia dengan tentara Inggris di Surabaya. Bentrokan ini dipicu oleh tewasnya pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur, Brigadir Jenderal Mallaby pada tanggal 30 Oktober 1945. Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh, sebagai pengganti Mallabby, mengeluarkan ultimatum pada tanggal 10 November 1945 yang meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA. Pada pertempuran tersebut sekitar 20.000 rakyat Surabaya menjadi korban, 150.000 warga terpaksa meninggalkan kota, serta 1.600 prajurit Inggris tewas, hilang, dan luka-luka. Medan perang di Surabaya ini kemudian mendapat julukan “neraka” karena besarnya kerugian yang didapatkan. Pertempuran ini membuat Kota Surabaya dikenang sebagai kota pahlawan. (Red)
Tinggalkan Komentar